Sabtu, 28 Maret 2015

               SEJARAH MARAWIS

     Marawis adalah salah satu jenis "band tepuk" dengan perkusi sebagai alat musik utamanya. Musik ini merupakan kolaborasi antara kesenian Timur Tengah dan Betawi, dan memiliki unsur keagamaan yang kental. Itu tercermin dari berbagai lirik lagu yang dibawakan yang merupakan pujian dan kecintaan kepada Sang Pencipta.

Sejarah

Kesenian marawis berasal dari negara timur tengah terutama dari Yaman. Nama marawis diambil dari nama salah satu alat musik yang dipergunakan dalam kesenian ini. Secara keseluruhan, musik ini menggunakan hajir (gendang besar) berdiameter 45 Cm dengan tinggi 60-70 Cm, marawis (gendang kecil) berdiameter 20 Cm dengan tinggi 19 Cm, dumbuk atau (jimbe) (sejenis gendang yang berbentuk seperti dandang, memiliki diameter yang berbeda pada kedua sisinya), serta dua potong kayu bulat berdiameter sepuluh sentimeter. Kadang kala perkusi dilengkapi dengan tamborin atau krecekdan [Symbal] yang berdiameter kecil. Lagu-lagu yang berirama gambus atau padang pasir dinyanyikan sambil diiringi jenis pukulan tertentu
Dalam Katalog Pekan Musik Daerah, Dinas Kebudayaan DKI, 1997, terdapat tiga jenis pukulan atau nada, yaitu zapin, sarah, dan zahefah. Pukulan zapin mengiringi lagu-lagu gembira pada saat pentas di panggung, seperti lagu berbalas pantun. Nada zapin adalah nada yang sering digunakan untuk mengiringi lagu-lagu pujian kepada Nabi Muhammad SAW (shalawat). Tempo nada zafin lebih lambat dan tidak terlalu menghentak, sehingga banyak juga digunakan dalam mengiringi lagu-lagu Melayu.
Pukulan sarah dipakai untuk mengarak pengantin. Sedangkan zahefah mengiringi lagu di majlis. Kedua nada itu lebih banyak digunakan untuk irama yang menghentak dan membangkitkan semangat. Dalam marawis juga dikenal istilah ngepang yang artinya berbalasan memukul dan ngangkat. Selain mengiringi acara hajatan seperti sunatan dan pesta perkawinan, marawis juga kerap dipentaskan dalam acara-acara seni-budaya Islam.

Jumlah Pemain

Musik ini dimainkan oleh minimal sembilan atau sepuluh orang. Setiap orang memainkan satu buah alat sambil bernyanyi. Terkadang, untuk membangkitkan semangat, beberapa orang dari kelompok tersebut bergerak sesuai dengan irama lagu. Semua pemainnya pria, dengan busana gamis dan celana panjang, serta berpeci. namun ada juga wanita. Uniknya, pemain marawis bersifat turun temurun. Sebagian besar masih dalam hubungan darah - kakek, cucu, dan keponakan. Sekarang hampir di setiap wilayah terdapat marawis.
                                                                   

Jumat, 27 Maret 2015

                                                 MUTU HIDUP DI SEGALA BIDANG
     Peningkatan mutu hidup di berbagai bidang merupakan tantangan sentral yang berkisar pada pengakuan atas harkat dan martabat manusia sebagai insan politik, insan ekonomi, makhluk sosial dan sebagai individu yang mempunyai jati diri yang khas.
Mutu Hidup di Bidang Politik
Sebagai insan politik kebutuhan yang mendasar ialah pemberdayaannya untuk menentukan jalan hidupnya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara al melalui :
  • Kebebasan berserikat.
  • Kebebasan menyatakan pendapat.
  • Kebebasan memilih wakilnya di legislatif.
  • Kebebasan menggunakan jalus politiknya untuk menyalurkan aspirasi politiknya.
  • Akses yang mudah untuk memperolah pelayanan yang dibutuhkan kepada pemerintah.
  • Kesempatan yang luas untuk melakukan pengawasan sosial.
Mutu Hidup di Bidang Ekonomi.
Hal ini berkisar pada peningkatan taraf hidup yang pada umumnya ditujukan pada peningkatan masyarakat untuk memuaskan berbagai kebutuhan yang bersifat primer yang berwujud dalam kebutuhan yang bersifat materiil misalnya kebutuhan pangan yang menyangkut mengkonsumsi makanan menimal akan protein dan kalori, juga masalah gizi yang tinggi, sedang untuk kebutuhan sandang berhubungan dengan perumahan yang layak memenuhi persyaratan kesehatan, sehat, asri, keamanan, ketenangan. Tersedianya kesempatan berusaha, memperoleh pekerjaan, Pengurangan kesenjangan antara warga yang mampu dengan yang tidak mampu.
Mutu Hidup di Bidang Sosial.
Predikat yang diberikan kepada manusia ialah bahwa manusia merupakan mahluk sosial, implikasinya yang sangat menonjol berkisar pada kemampuan menjaga keseimbangan antara berbagai hak dan kewajibannya sebagai mahluk sosial, manusia tidak mungkin hidup sendiri
Mutu Hidup pada tingkat Individual.
Meskipun suatu masyarakat bangsa menolak paham indivualitas dan menganut faham kolektivisme, misalnya individualitas para anggotanya tetap harus diakui. Peran seseorang selaku insan politik, ekonomi dan mahluk sosial tidak menghilangkan jati dirinya yang khas tersebut, dengan perkataan lain mutu hidup pada tingkat mikro yaitu pada tingkat individual berkaitan dengan peningkatan kemampuan seseorang untuk mempertahankan jati dirinya tersebut karena menyangkut harga diri dan martabatnya.
Sesungguhnya membangun manusia seutuhnya merupakan interpretasi yang tepat dari peningkatan mutu hidup pada tingkat mikro tersebut.